Lembutan Tembakau Giripurno: Menghidupkan Warisan dan Menyokong Perekonomian Lokal

Kabupaten Temanggung dikenal sebagai daerah penghasil tembakau rajangan terbesar di Indonesia. Dari 20 kecamatan yang ada, hanya Kecamatan Bejen dan Kecamatan Pringsurat yang tidak membudidayakan tembakau. Usaha tani tembakau memberikan kontribusi sekitar 70-80% terhadap total pendapatan petani di daerah ini (Rochman, 2013). Tembakau merupakan komoditas musiman unggulan di Kabupaten Temanggung dan menjadi sumber mata pencaharian utama bagi petani. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS Kabupaten Temanggung, 2021), luas lahan tembakau pada tahun 2019 mencapai 19.686 hektar, dan pada tahun 2020 tercatat 17.102 hektar. Produksi tembakau pada tahun 2019 mencapai 12.764 ton dan meningkat sedikit menjadi 12.843 ton pada tahun 2020. Meskipun harga tembakau cenderung fluktuatif setiap tahunnya, minat petani untuk menanam tembakau tetap tinggi.

 

Ada empat kecamatan di Kabupaten Temanggung yang menghasilkan lebih dari 1.000 ton tembakau per tahun, yaitu Kecamatan Bulu, Ngadirejo, Tlogomulyo, dan Kledung. Menurut data BPS (2021), Kecamatan Ngadirejo merupakan salah satu kecamatan dengan produksi tembakau terbanyak, yaitu 1.534 ton pada tahun 2019 dan 1.461 ton pada tahun 2020. Dengan tingginya produksi dan petani yang progresif dalam membudidayakan tembakau, diperlukan penyuluh pertanian untuk mendampingi dan membantu petani dalam usaha tani tembakau mereka.

 

Tembakau lembutan, sebuah warisan budaya yang semakin populer, kini mendapat respons positif dari berbagai kalangan, termasuk anak muda. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi lebih dalam mengenai proses pembuatan, pemasaran, dan dampak ekonomi dari tembakau lembutan di Desa Giripurno, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung.

 

Tembakau lembutan kini makin digemari oleh kalangan muda. Arif Kurniawan, Kepala Desa Giripurno, mengungkapkan bahwa respon masyarakat, khususnya anak muda, terhadap tembakau lembutan sangat positif. Banyak dari mereka yang beralih dari rokok pabrik ke rokok lintingan karena harganya lebih terjangkau.

 

Afan, warga Desa Giripurno, menyatakan bahwa mereka mulai beralih ke rokok lintingan karena lebih hemat. Afan mengungkapkan bahwa ia bisa menghemat banyak uang dengan merokok lintingan dibandingkan rokok pabrik. Afan merasa rokok lintingan tidak terlalu memberikan efek mengganjal di tenggorokan dan memberikan sensasi tersendiri saat meracik rokok bersama teman-teman. Bahkan, kini jenis lembutan tembakau menjadi bahan flexing antar pemuda.

 

Wawancara bersama petani lembutan tembakau

 

Afan, petani tembakau Desa Giripurno, memutuskan untuk mengolah tembakau menjadi lembutan karena dari segi harga lebih profit. Harga tembakau lembutan mencapai Rp 170.000,00 – Rp 250.000,00 /kg (daun tembakau bagian bawah), Rp 250.000,00 – Rp 300.000,00 /kg (daun tembakau bagian tengah hingga atas), serta Rp 300.000,00 – Rp 500.000,00 /kg (daun tembakau super). Lembutan tembakau ini dijual Afan kepada pengguna langsung maupun toko lembutan. Nakan tetapi, Afan mengatakan jika kendala utama dalam pembuatan lembuatan tembakau adalah cuaca. Daun tembakau yang sudah dirajang membutuhkan sinar matahari yang cukup untuk dapat kering sempurna. Apabila cuaca tidak mendukung alias mendung, tembakau yang kurang sinar matahari warnanya akan cenderung gelap dan rasanya sedikit apek. Ini tentu akan membuat kualitas tembakau lembutan menurun.

 

Dalam beberapa tahun terakhir, harga tembakau curah yang dijual ke pabrik cenderung jatuh, namun dengan diolah menjadi lembutan, harganya bisa meningkat signifikan. Tembakau curah yang biasanya dijual di bawah Rp100 ribu per kilogram, setelah diolah menjadi lembutan bisa mencapai ratusan ribu rupiah per kilogram.

 

Dikutip dari ANTARA News, Ketua DPRD Kabupaten Temanggung, Yunianto, mengapresiasi upaya masyarakat dalam mengolah tembakau menjadi lembutan, yang dapat memberdayakan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).  

 

Dikutip dari ANTARA News, Bupati Temanggung, M. Al Khadziq, juga menambahkan bahwa semakin banyak masyarakat yang mengolah tembakau menjadi lembutan, ini menjadi peluang ekonomi yang menjanjikan bagi petani tembakau.

 

Tembakau lembutan bukan hanya sebuah warisan budaya, tetapi juga peluang ekonomi yang menjanjikan bagi masyarakat Temanggung. Dengan dukungan pemerintah dan antusiasme masyarakat, khususnya kaum muda, industri tembakau lembutan dapat terus berkembang dan memberikan manfaat ekonomi yang signifikan.

Oleh: Falidazia Hasanah Faizana

chat
chat