Selapanan, sebuah tradisi yang sudah mengakar dalam budaya Jawa, merupakan perayaan atas pencapaian usia 35 hari bagi seorang bayi. Angka 35 ini bukan sembarang angka, melainkan memiliki makna filosofis yang mendalam dalam perhitungan waktu Jawa. Selapanan bukan sekadar perayaan, melainkan sebuah ritual yang sarat makna, menjadi jembatan antara dunia spiritual dan dunia nyata. Dalam selapanan, kita diajak untuk merenung, bersyukur, dan memohon berkah bagi sang bayi agar tumbuh menjadi pribadi yang baik dan berguna.
Selapanan, mungkin lebih sering mendengarnya untuk acara selamatan usia bayi 35 hari. Selapanan ditujukan mengungkapkan Syukur karena pertumbuhan dan perkembangan bayi dengan makna perubahan fisik dan mental, doa keselamatan, dan sosialisasi. Selain merayakan pertumbuhan dan perkembangan bayi selapanan juga mempererat tali silaturahmi antara keluarga.
Giripurno sendiri melakukan selapanan bukan hanya untuk kelahiran bayi melainkan sebagai acara rutin setiap 35 hari sekali. Tradisi inilah yang meningkatkan religius dan mempererat tali silaturahmi antar masyarakat. Desa Giripurno sendiri melakukan acara selapanan di setiap lini kelompok.
Temanggung dikenal dengan tembakaunya yang unggul dan mengangkat perekonomian daerah. Untuk merayakan dari panen tembakau Desa Giripurno melakukan Selamatan Wiwit Mbako atau petik pertama daun tembakau sebagai komoditas unggulan Temanggung. Tradisi Wiwit merupakan tradisi yang sudah ada sejak dahulu di Temanggung.
Dalam suasana syahdu, mereka memanjatkan doa kepada Sang Pencipta. Harapan tulus terucap dari bibir para petani, memohon berkah agar tanaman tembakaunya tumbuh subur, menghasilkan panen yang melimpah, dan membawa keberkahan bagi seluruh keluarga.
Selamatan wiwit mbako bukan sekadar ritual keagamaan, tetapi juga menjadi momen penting bagi masyarakat Temanggung. Acara ini menjadi wadah untuk mempererat tali persaudaraan, saling berbagi, dan gotong royong. Ribuan petani dari berbagai desa berkumpul, membawa hidangan khas dan saling bertukar cerita.
Dalam suasana penuh kegembiraan, mereka menikmati hidangan bersama, seperti nasi tumpeng, ingkung ayam, dan berbagai jajanan tradisional. Suara gamelan dan tarian tradisional menambah semarak suasana. Anak-anak pun tak ketinggalan ikut bergembira, bermain sambil menikmati suasana pedesaan yang asri.
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook